Cerita Dari Seni Ukiran Kayu Dunia

Cerita Dari Seni Ukiran Kayu Dunia untuk Mempercantik Ruangan Rumah

Salah satu jenis seni tertua yakni ukiran kayu adalah bentuk seni umum untuk semua budaya. Mulai  dari Zaman Batu dan seterusnya ukiran kayu berkembang karena ketersediaannya yang luas, plastisitas dan biaya rendah. Satu-satunya kekurangan yang nyata sebagai medium untuk patung adalah daya tahannya.

Menjadi penyerap air, rentan terhadap serangga dan jamur di udara, kayu dapat menurun kualitasnya cukup cepat. Akibatnya, perunggu, marmer dan jenis batu lainnya lebih disukai untuk karya monumental. Meski begitu, kayu adalah jenis material utama dari patung Afrika yang digunakan untuk memproduksi topeng, patung, benda-benda religius dan barang-barang dekoratif umum.

Media ini juga banyak digunakan dalam seni Oseanik untuk mengukir kano seremonial dan benda-benda lain, serta dalam budaya kutub totem seni Indian Amerika dan dalam seni Aborigin Australia. Sayangnya, sebagian besar seni suku kuno ini telah musnah.

Ukiran kayu juga umum dalam patung Yunani, meskipun kurang bergengsi dari ukiran gading, dan digunakan terutama untuk karya-karya skala kecil. Media ini kemudian berkembang di Eropa, di samping arsitektur Abad Pertengahan, Romawi dan Gothic, terutama di gereja-gereja dan katedral, dan kemudian di samping perabotan yang bagus dan dekorasi interior, terutama dalam idiom seni Rococo.

Selama abad ke-20, seni plastik telah menggantikann kayu dalam sejumlah cara inovatif, tidak terkecuali dalam seni kumpulan Louise Nevelson (1899-1988) dan lainnya, sementara seni rakyat abad ke-20 terus bergantung pada mediumnya. Baik kayu lunak dan kayu keras banyak digunakan, terutama kayu ek, mahoni, walnut, elm, limwood, kastanye, ebony, boxwood, cedar, cypress, zaitun, jati dan pinus.

Cerita Dari Seni Ukiran Kayu DuniaKayu memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai media pahatan. Karena kekuatan berseratnya, ia bisa diukir lebih tipis dan tepat daripada batu atau tulang binatang. Untuk komposisi besar, dua atau lebih potongan kayu dapat diukir kemudian disambung. Kayu keras lebih sulit untuk diukir tetapi memiliki kilau dan daya tahan yang lebih besar, sedangkan kayu lunak lebih mudah dibentuk, tetapi kurang tahan lama.

Tidak ada kayu yang tahan lama, tahan cuaca atau kebal terhadap serangga seperti batu, karenanya digunakan lebih banyak digunakan untuk dalam ruangan. Terakhir, kayu apa pun yang digunakan, itu tetap merupakan bahan anisotropik (sifatnya berbeda ketika diukur dalam arah yang berbeda), dan terkuat dalam arah serat. Jadi para pematung mengukir garis-garis halus mereka sesuai arah serat dan bukannya melawannya.

Alat ukiran kayu yang banyak digunakan adalah sebaagi berikut: pisau ukiran khusus yang digunakan untuk memotong dan memotong kayu, sebuah gouge dengan cutting edge yang melengkung digunakan untuk membuat cekungan dan kurva, gunting khusus yang disebut veiner, dengan tepi berbentuk U, alat  pahat lurus yang digunakan untuk garis, serta berbagai jenis palu.

Pematung akan memulai dengan memilih balok kayu yang sesuai dengan bentuk dan skala desain yang diinginkannya. Menggunakan gouges dengan berbagai ukuran, kemudian mengurangi kayu permukaan ke bentuk perkiraan, yang ia tipiskan dengan berbagai alat seperti veiners dan v-tools. Ketika pekerjaan rinci selesai, pematung menghaluskan permukaan dengan alat seperti serak dan rifflers, dan dengan ukuran amplas yang berbeda.

Terakhir, untuk meningkatkan penampilan dan mebuat patung tahan lama, pematung akan mengolesinya dengan minak biji ramu, dan kemudian melapisinya dalam pernis, resin atau wax. Khusus untuk finishing hasil karya bisa menggunakan berbagai jenis cat warna natural selain pernis. Banyak pematung yang juga memanfaatkan wood stain untuk finishing.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *